Rabu, 14 Juni 2017

1. Remaja Tangguh

"berikan aku 1 pemuda maka akan aku hancurkan dunia" kurang lebih itulah ungkapan bung Karno dalam semangatnya merebut kemerdekaan.

Ungkapan itu menunjukkan arti yang tak lain dan tak bukan remaja memiliki pengaruh yang besar dalam hal apapun bahkan dalam kerusakan. Suksesnya sebuah bangsa tergantung dengan kualitas pemudanya. Sebagai remaja kamu harus menyadari betul akan peranmu tersebut. Peranmu yang baik akan membawa harum nama baikmu, keluarga, bangsa, negara dan agama.

Menjadi remaja tangguh merupakan sebuah tantangan di zaman postmodern ini. Dimana segala teknologi dan kehidupan dunia telah memberikan berbagai macam kemudahan. Bukan hanya tangguh fisik, mentalpun perlu dilatih agar tidak terkikis oleh kecanggihan teknologi. Jika transportasi semakin tahun semakin baik, namun teknologi tidak kalah lebih membaiknya. Bagaimana tidak? Jika dulu tidak ada kendaraan bermotor sekarang ada ojek, teknologi nambah memudahkannya yaitu dengan meluncurkan aplikasi Go-Ojek. Mungkin kalau tidak ada teknologi setidaknya kita bisa olahraga jalan kaki ke pangkalan atau jika deket cukup sedikit latihan tarik suara dengan berteriak panggil "bang.. Ojek" tapi oleh teknologi kita dimanjakan, hanya dengan mengklik layar tanpa tombol alias smartphone, kita sudah memesan ojek dan tinggal menunggu ojek yang tidak akan lama lagi muncul di depan rumah. Rasanya kalau bukan diri sendiri yang membuat fisik ini tangguh maka akan susah.

Bagaimana dengan psikis kita alias mental? Nampaknya remaja saat ini bermental tempe. Seperti tempe yang lama jadinya, membutuhkan prosedur fermentasi yang begitu lama. Coba lihat, kita lebih berani update status atau mengkritisi para pemerintah di sosial media ataupun grup diskusi WhatsApp, tak jarang pula kita sering menshare sesuatu yang belum kita selidiki lebih lanjut alhasil kitapun masih samar akan kebenaran dari apa yang kita share, singkatnya kita terlalu mudah untuk dihasut oleh isu-isu hangat yang hoax.

Berbeda dengan pemuda sebelum kita, mereka siap mati membela kebenaran di medan perang. Semangat gotong-royong pun tinggi, sehingga dapat terjalin toleransi yang harmonis.

Kemudahan hidup seharusnya membuat kita bisa menjadi lebih unggul dari manusia sebelumnya. Bagaimana tidak? Jika dahulu membutuhkan waktu bertahun-tahun hanya untuk melakukan perjalanan Indonesia-Arab, sekarang dalam hitungan jam kitapun bisa mencapainya. Semestinya kita punya waktu lebih banyak yang bisa kita gunakan untuk hal lain yang bermanfaat, bukan sebaliknya.

Bicara tentang Haji, sekarang kalau mau berangkat haji orang Indonesia harus nunggu tahunan, mungkin sekitar 10 tahun. Dalam waktu penungguan tersebut coba jawab apa yang kita kerjakan? Hanya bersantaikah, hingga waktunya tiba. Padahal nenek moyang kita menghabiskan waktu yang lama untuk sebuah perjalanan, pastinya penuh rintangan dan perjalanan yang melelahkan. Seharusnya kita menjadikan waktu penantian kita itu lebih berkualitas dengan waktu perjalanan nenek moyang kita. Gunakan waktu itu untuk semakin dekat dengan Allah. Apalagi kalau masih usia belia kita sudah mendaftar haji. Pertebal ilmu agama, memperdalam ritual haji yang akan dilaksanakan, cari tau manfaat sebenarnya dari setiap prosesi haji, setiap gerakan shalat, gencarkan segala dzikir pagi dan petang. Tanpa sadar fisik dan psikis kita akan tangguh.

Yaa.. Beribadah kepada Allah akan menarik semua yang positif di dunia ini, baik kesehatan, rezeki, serta semua hal yang dapat melancarkan setiap aktivitas kita. Menggunakan waktu dengan naik itu sangatlah efektif untuk menjadikan hidup lebih baik.

Dasarnya semua memiliki waktu yang sama yakni 24 jam. Namun sayangnya setiap insan memiliki cara yang berbeda dalam menggunakannya.

Contoh saja AlGhozali, semasa hidupnya ia berhasil menerbitkan ... Buku. Setahun ia bisa menulis buku sebanyak x judul buku. Coba bandingkan diri kita, dari bangku SD bisa baca sampai sekarang sudah berapa banyak buku yang sudah kita selesaikan? Buku pelajaran mungkin? Nyaris.. Buku pelajaranpun masih banyak bab-bab yang terlewat, belum kita baca. Jangan tanyakan 'berapa buku yang telah kita tulis'.

Kembali lagi ke teknologi, kemudahan ini seharusnya dapat menunjang kita dalam meraih prestasi. Mungkin dulu AlGhozali harus pergi jauh dengan menempuh waktu yang tidak singkat hanya untuk membaca buku dan menimba ilmu. Berbeda dengan kita yang dalam keadaan duduk manis di depan layar smartphone maupun laptop kita sudah bisa mendapatkan jutaan judul buku, milyaran sumber bacaan, bahkan banyak media yang memfasilitasi untuk bisa kita baca dan pelajari, tak jarang juga dengan cuma-cuma, gak bayar, alias gratis.

Namun sekali lagi sangat disayangkan kita kurang peka. Kita jarang memanfaatkan kemudahan ini. Kita malah lebih sering menyalahgunakannya untuk hal yang kurang bermanfaat.

Menjadi manusia yang tangguh, siap menghadapi segala tantangan dan perubahan dunia adalah pilihan individu masing-masing. Dan setiap individu bertanggung jawab akan dirinya sendiri. Jangan jadikan kemudahan sebagai jurang kemunduran, sebaliknya jadikan kemudahan sebagai sumber kejayaan.

Siapkan diri sedini mungkin untuk bisa menjadi manusia tangguh, tangguh disini bukan hanya kuat, tapi juga bermanfaat. Berjuang menjadi remaja tangguh dengan cara mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan-amalan ibadah yang bisa mengangkat derajat, bukankah kita akan gembira apabila bekerja dinaikan jabatannya, dinaikan gajinya? Maka tak sedikit dari pekerja yang berusaha mati-matian untuk dapat meraihnya baik dari jalan halal maupun tidak. Seperti itulah seharusnya kita dalam beribadah, gencar melaksanakan semua amalan yang dapat meninggikan derjat kita di hadapan allah, baik dengan melaksanakan yang wajib hingga yang sunnah sepert dzikir pagi dan petang, shalat dhuha, shalat malam, sedekah, doa dan masih banyak lainnya. Ingat.. Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik (Q.S Hud)

Hablu mina Allah hablu mina nas. Hubungan dengan Allah hubungan dengan manusia. Semua harus seiringan berjalan, seimbang, tidak ada yang jomplang sebelah. Mungkin berhubungan dengan Allah itu lebih mudah ketimbang berlaku baik kepada manusia, karena apa yang kita anggep bener dan baik belum tentu orang lain sependapat dengan kita. Namun jangan terlalu menghiraukan penilaian mereka, tetaplah berbuat baik selagi kita memiliki dasar pemikiran yang bener. Perlu di inget juga, sebaik apapun manusia pasti ada yang tidak menyukainya. Tau Rosulullah khan? Kekasih Allah saja masih memiliki musuh yang tidak menyukainya.

Selain dua itu ada satu hal lain yang tak kalah penting sebagaimana tujuan agama islam menjadi rahmatan lil alamin (Al-Anbiya : 21), rahmat bagi seluruh alam. Agar tercapai rahmat maka kita harus berlaku baik kepada alam, yakni lingkungan. Menjaga kelestarian dan keseimbangan ekosistem, sehingga alam ini bekerja sesuai prosedurnya.

Bahkan terhadap diri sendiri, menjaga pemberian Allah itu sangat penting. Hidup di masa yang tingkat pergaulan bebasnya tinggi mengharuskan kita bisa ekstra ketat menjaga diri, agar tidak ikut terjerumus dalam kenistaan hidup.

Remaja tangguh harga mati. Bersusah-susah di masa muda akan memberikan kemudahan di masa tua nanti, karena apa yang kita tanam hari ini bisa kita petik untuk hari esok. Menuju jalan lurus, jalan kebaikan memang harus menempuh jalan yang terjal namun percayalah setiap kebaikan itu tidak ada yg sia-sia khususnya untuk diri sendiri dan tentunya orang banyak. Allah pun berfirman (Q.S Hud)

Tidak ada komentar:

Qurban Pertamaku 2023

Rangkaian cerita yang Allah susun semuanya sempurna, indah, tidak ada yang janggal, apalagi keliru. Skenario Allah tersusun begitu apik, har...