Kamis, 29 Juni 2023

Idul Adha | Menepis Ego dengan Menyadari Kemanusiaan melalui Berqurban

Rangkaian cerita yang Allah susun semuanya sempurna, indah, tidak ada yang janggal, apalagi keliru. Skenario Allah tersusun begitu apik, harmonis, dan berkesinambungan. Begitu juga dengan kisah qurban pertama ku. Yaa, alhamdulillah hari ini Allah izinkan aku bisa menunaikan ibadah menyembelih qurban di hari Idul Adha 1444H. Kesempatan ini menjadi pengalaman dan pelajaran yang mengesankan dan diluar dari bayanganku.

Keinginan qurban sudah ada dari tahun lalu, aku bertekad sekali bisa berqurban dengan usaha mandiriku. Alias qurban pakai uang sendiri, Alhamdulillah aku yang terlahir dari keluarga lebih dari cukup pernah bapakku berqurban atas nama anggota keluarganya. Namun hal ini tidak menjadikanku bangga, aku tetap mau qurban dengan jerih payahku sendiri.

Kilas balik kehidupan, sejak SD aku sudah mulai berpikir untuk bisa memiliki uang jajan sendiri. Keinginan mandiri sudah ada dari aku kecil, malu minta sama orang tua itulah aku. Dari SD-kuliah sama aja, berbagai macam usaha dan pekerjaan yang ku lakukan hanya mampu menambah uang jajan. Bahkan beberapa kali aku masih dibiayai oleh oranng tua ketika kuliah.

Jenjreeng..

Kehidupan setelah wisuda S1 berubah total, tapi lagi lagi aku kagum dengan cerita yang Allah ukir untuk hidupku. Setelah aku selesai ujian skripsi, pandemi virus covid-19 mulai merajalela di Indonesia. Alhasil prosesi wisudaku tertunda, bukan hanya itu dunia serentak tidak stabil. Pelaksanaan wisuda berubah menjadi blended, yaitu perpaduan wisuda luring dan mayoritas daring, pola bekerja yang ikut berubah menjadi Work From Home (WFH) sampai banyak para pekerja yang kehilangan pekerjaannya. Bagaimana kabar freshgraduate?

Hampir 1 tahun aku berhibernasi dikediaman dosen yang sudah aku tempati sejak semester 6, bertempat tidak jauh dari kampusku di Purwokerto. Disela waktu pandemi itu aku mengambil kesempatan untuk pulang ke rumah orang tua di Jakarta. Pada waktu-waktu itu aku mengisi kegiatan dengan magang diberbagai startup secara online. Ketika pandemi mulai sedikit melandai di tahun 2021, aku mulai membantu usaha orang tua dan mencoba berbagai bisnis. Inilah awal aku memiliki uang yang bisa dibilang lebih dari uang jajan.

Belum ada 1 tahun menjalankan aktivitas tersebut, membuat ku bertekad untuk qurban. Padahal bisnis yang ku jalanin belum signifikan terlihat hasilnya. Namun aku benar-benar mau qurban. Entah apa yang mendasari keinginanku saat itu. Mungkin karena Hari Raya Qurban bertepatan dengan ibadah haji. Kalau belum bisa haji yaa seenggaknya qurban dulu.

Taraaa..

Rencanaku dipatahkan oleh realita. Ternyata mengumpulkan uang untuk qurban itu perlu effort. Setidaknya aku belajar untuk persiapan, budgeting yang terarah, tentunya pemasukan yang lebih. Sebab masa setelah lulus sekolah berbeda dengan masa sekolah. Banyak hal yang menjadi tanggung jawab dan harus dipertimbangkan, bahkan rencanakan dengan matang. Biaya-biaya yang dulu tak terlihat, sekarang begitu nampak. Walau aku tidak harus mengeluarkannya tapi hal itu penting untuk ku coba mulai sediakan dan siapkan. Contohnya seperti hal fundamental, makan sehari-hari, keperluan harian seperti perlengkapan mandi, air minum sampai mandi, listrik, kebutuhan orang tua dan adik, bahkan mainan untuk ponakan. Kalau dihitung-hitung gak sedikit juga.

Menepis ego, aku belajar untuk berdamai dengan semua ekspektasi yang belum bisa terrealisasi. Gak mudah memang, tapi harus diikhlaskan. Kalau tidak bisa stress, karena menolak keadaan yang gak bisa kita kendalikan. Perlahan ketika kita bisa berdamai dengan situasi, Allah pun menuntun hamba-Nya menemukan solusi.

Sedikit demi sedikit Allah wujudkan semua keinginan yang pernah ku sampaikan pada-Nya. Dulu ketika SD, aku memiliki cita-cita mejadi guru. Namun sadar diri yang akhirnya aku mengurungkan niat ku. Aku sadar menjadi guru itu amanah yang luar biasa. Mendidik, bisa ditiru, membangun, dapat menginspirasi, mampu memberi motivasi, mencerdaskan, dan banyak lagi lainnya. Lagi-lagi aku takjub dengan Kuasa Allah.

Allah menyusun kisah hidupku begitu sempurna, yaa..

Aku jadi guru, Alhamdulillah. Bukan guru biasa, sebab aku menjadi guru di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Jakarta. Allah selalu punya cara mengembalikan keyakinanku, tidak ada kegagalan semua ini hanya penundaan untuk percepatan.

Yes, betul..

Jika aku lulus tidak dalam kondisi pandemi, semua normal. Bisa jadi aku juga gak langsung kerja atau punya usaha yang profit besar. Bahkan bisa jadi aku pun menjadi guru tapi di sekolah biasa. Kita sama-sama tahu gaji guru itu berapa. Namun semua beda, Allah izinkan aku lulus di masa awal pandemi dan kemudian Allah ciptakan percepatan. Notabenenya banyak guru yang mau ngajar di sekolah negeri karena honornya terbilang lebih besar dari profesi guru kebanyakan. Selain itu jenjang karir di sekolah negeri sering mendapat prioritas. Alhamdulillah, Allah izinkan aku ada di sana.

Pada saat ini aku mulai benar-benar belajar tentang pengelolaan keuangan, sedikit demi sedikit mulai ku susun pos-pos pengeluaran yang pernah aku pikirkan. Belum semuanya aku biayai, tapi setidaknya aku mau belajar lebih mandiri. Aku yang masih hidup sendiri mulai menyisihkan uang untuk nikah dan umroh. Lagi-lagi aku tertampar keadaan.

Ternyata masih banyak dana-dana yang tidak terpikirkan oleh ku, seperti THR sanak keluarga, ongkos mudik, menyiapkan liburan keluarga, perawatan diri, sepertinya masih banyak lagi. Aku mulai menyadari, ternyata benar nominal pendapatan itu gak bisa jadi andalan melainkan keberkahan. Uang gak bisa mencukupi semua itu, hanya keberkahan yang bisa membuat segalanya menjadi ada ketika kita perlukan.

Hal ini terjadi, menjelang Idul Adha tiba. Uang simpanan direkening hanya ada 3 juta, aku mulai gelisah. Apakah tahun ini aku bisa berqurban? Berapa harga sapi sekarang? Aku mau qurban sapi dari awal. Pikirku, aku gak suka daging kambing. Bukankah qurban itu esensinya menyembelih sesuatu yang kita suka/sayang? Sebagaimana Nabi Ibrahim yang Allah perintahkan menyembelih anaknya.

Mencari berbagai referensi baik tentang harga hewan qurban, tempat membelinya, sampai berbagai keutamaan qurban. Haruskah aku dipatahkan lagi oleh realita? Aku yang mau qurban sapi menjadi kambing saja? Bukan qurban dong karena aku gak suka sama kambing, gada rasa haru ketika penyembelihan. Pikir pendekku kala itu.

Lagi-lagi aku makin kagum dengan kebesaran Allah. Kambing. Ketika Nabi Ibrahim hendak menyembelih anaknya, atas izin Allah diganti dengan kambing. Andai ada hewan yang lebih baik dari kambing, mungkin Allah gantinya dengan hewan tersebut. Selain itu, Nabi Muhammad SAW. pernah qurban dengan 2 ekor kambing. Satu kambing untuk Nabi dan keluarganya dan satu lagi untuk Nabi dan umatnya. Jika memang kambing tidak seistimewa itu tidak mungkin Nabi qurban dengan kambing dua-duanya.

Menelisik dari berbagai literasi kesehatan membuktikan bahwa kambing lebih baik daripada sapi, baik dari daging maupun susunya. Masya Allah, ketentuan Allah memang tidak ada yang keliru, semua sempurna bahkan terbaik untuk hamba-Nya.

Bismillah tahun ini qurban, walau masih khawatir uangnya tidak cukup. Lagi-lagi aku dibuat terkesima oleh cerita yang Allah rangkai. Awalnya ibuku memberi saran untuk membeli kambing setelah shalat id, sebagaimana kebiasaan bapak.

Yuhuuu..

Apa yang terjadi?

Malam takbiran bapak pergi, entah untuk kepentingan apa. Kami hanya tahu bapak mau main. Tambah resah galau gulana lah hatiku. Bapak pergi dengan motornya, nah sedangkan itu motor satu-satunya. Jadi aku beli kambingnya naik apa? Ditambah aku gak cari tau tentang syarat hewan qurban, lalu bagaimana caranya memilih hewan qurban?

Okay, tetap calm down. Aku dan ibu mengunjungi salah satu ustadz yang mengurus qurban di dekat rumah kami. Yaa lagi-lagi Allah tahu cara mematahkanku untuk menjadikanku lebih kuat. Setelah menyampaikan maksud dan tujuan ku, ustadz itu bertanya “emangnya kamu ada dana berapa, neng?”. Aku jawab “ada 3 pak haji”, karena dia sudah haji. “wah dana segitumah cekak” jawabnya.

Jeess

Tersayat

Bagai aku yang disembelih

Kok tajam sekali yaa rasanya

Mungkin kata ini akan biasa aja kalau aku memang punya uang lebih, tapi faktanya yaa uang segitulah yang aku punya. Ada uang tapi gak ditangan, memang ada uang tapi untuk keperluan lain. Jadi aku harus gimana? Pikirku buntu. “dana segitu mah pas banget, belum ongkos anternya, belum ongkos potongnya” lanjut ustadz tersebut.

Kalau memang uang segini gak bisa qurban kambing, aku benar-benar gak ikhlas. Sebenarnya galau juga sih. Disatu sisi aku memang memerlukan uang ini untuk kebutuhan lain, tapi disisi lain masa aku gak bisa qurban bahkan sebatas seekor kambing. Berapa hari aku meyakinkan diri untuk fix qurban kambing. Lalu pernyataan itu, seolah menamparku sehingga menyadarkan ku betapa tak berdayanya diri ini. Kalau boleh kasar “miskin banget yaa gua”. Astaghfirullaah aku hanya bisa memohon ampun kepada Allah. Dari banyaknya orang yang Allah titipkan kekayaan, kenapa Allah tidak memilih aku?

Mencoba berdamai kembali dengan diri, sambil terus berpikir bagaimana mampu menjadi pribadi yang pantas Allah titipi kekayaan. Saat itu aku hanya bisa meyakinkan diriku sendiri. Jika tahun ini aku tidak bisa qurban kambing, insya Allah tahun depan qurban sapi 1 ton. Berapa harganya? Dari mana uangnya? Aku gak tahu, biar Allah yang menuntunku untuk bisa sampai sana.

Selesai shalat Idul Adha, aku mencoba menghubungi guru SMP ku, beliau adalah ustadz dikelurahan seberang rumahku. Aku mencoba menghubunginya melalui chat WA. Masya Allah, tak ku duga. Perkiraan ku akan merasakan hal yang sama, ternyata tidak. Beliau meresponku dengan cukup baik.bahkan beliau pula yang langsung mengantarku ketempat pembelian hewan qurban dan mengantarku ketempat kambingku akan disembelih.

Aku banyak belajar dari Idul Adha tahun ini, ketika kamu tidak diterima disuatu tempat maka percayalah ada tempat lain yang lebih memuliakanmu. Menelisik esensi dari hari qurbannya Nabi Ibrahim, Allah mengajarkan kita tentang pentingnya memanusiakan manusia. Memperlakukan manusia dengan baik, membuka dan memberikan peluang siapa saja untuk beribadah, dan paling utama saling membahagiakan khususnya dihari ini. Apa jadinya jika Allah tidak mengubah Nabi Ismail (yang hendak disembelih bapaknya) menjadi kambing?

Bisa jadi hari ini adalah hari dukanya manusia, ketika semua orang tua menyembelih anaknya yang sudah beranjak baligh. Namun Allah lebih tahu cara membahagiakan hamba-Nya. Memberikan keadilan untuk semua lapisan manusia. Hari qurban bisa dimaknai juga sebagai harinya makan-makan. Diharapkan pada hari ini semua orang bisa makan enak, makan daging dengan penuh suka cita bersama keluarganya.

Cukup amazing Allah menciptakan semua kisah menarik setiap hamba-Nya, tidak ada yang cacat hanya saja banyak dari kita yang belum mampu memetik kebaikan didalam sejarah hidup manusia yang unik.

 

Qurban Pertamaku 2023

Rangkaian cerita yang Allah susun semuanya sempurna, indah, tidak ada yang janggal, apalagi keliru. Skenario Allah tersusun begitu apik, har...