Kamis, 06 Oktober 2016

IAT Skenario Terbaik اللّٰه

IAT Skenario Terbaik اللّٰه
Karya: Ayuwan Nandani
Sumber: pengalaman pribadi
Prodi: Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Kampus: IAIN Purwokerto

Sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, aku sudah memutuskan ingin lanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu kuliah alias Perguruan Tinggi. Saat itu aku masih buta dengan jurusan apa yang akan aku pilih. Namun, aku bersikeras bagaimanapun aku ingin kuliah. Allah pun membukakan jalan-Nya untuk menuju keinginanku itu. Aku keterima di SMA Negeri 56 Jakarta. Aku bersyukur keterima di SMA, menurutku di SMA peluang kuliahnya lebih besar. Berbeda dengan SMK yang sudah di orientasikan untuk bekerja, walau tidak menutup kemungkinan lulusan SMK bisa melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Aku sangat bersyukur, selain Allah sudah membukakan pintu jalan menuju keinginanku untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi, orang tuaku juga mengizinkan aku untuk melanjutkan pendidikan di SMA. Mengingat ketika aku baru lulus SMP sedang booming-boomingnya SMK. Media pun gencar mempromosikannya.

Saat kehidupan putih abu-abu baru dimulai, aku sudah mulai mencari informasi tentang Perguruan Tinggi, prodi hingga seleksi penerimaannya. Semua itu ku lakukan karena aku sangat menginginkan melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Akupun tak peduli ketika teman sebaya ku sedang sibuk merajut asmara, cinta, romantisme di masa putih abu-abu yang hanya sekali ini serta tidak bisa diulang kembali. Aku hanya peduli dengan masa depanku, aku ingin menaikkan derajat kedua orang tuaku dan membuat mereka bangga denganku.

SNMPTN, aku prioritaskan dia menjadi jalur seleksi pertamaku. Aku berharap jalur ini menjadi jembatanku menuju PTN. Aku menjaga kestabilan nilai dalam raporku bahkan kalau bisa grafiknya selalu naik. Namun, sebagai remaja biasa aku mengalami keguncangan yang menyebabkan aku terlena dan lalai. Sehingga pada semester 3, raporku mengalami penurunan. Tidak terlalu drastis dan tidak semua mata pelajaran mengalami penurunan. Namun, hal ini seperti cambuk bagiku. Aku mulai mencari seleksi PTN lainnya dan mulai mempersiapkannya lagi.

Prodi, jurusan, fakultas. Apa itu? Istilah itu sangat asing untuk anak SMA seperti aku ini. Aku ingat sekali, aku baru menentukan itu semua sebelum aku melakukan registrasi SNMPTN. Sebelumnya, aku sibuk mencari minat di dalam diriku, kesenanganku, cita-citaku, hingga mencari tahu berbagai macam profesi.

Kalau saat kecil ditanya tentang cita-cita, aku selalu menyebutkan menjadi guru adalah cita-citaku. Semua itu berubah ketika usiaku bertambah, wawasan dan pengetahuanku berkembang. Tepat kelas 1 SMA, aku sangat terinspirasi dengan sosok psikolog. Alasannya sama seperti cita-citaku menjadi guru, aku ingin menjadi orang yang bermanfaat. Apalagi setelah aku mencari informasi tentang psikologi, di sana mempelajari tentang kepribadian manusia hingga tingkah lakunya, menurutku itu sesuatu yang menarik. Aku mantap dan membulatkan tekad ingin kuliah di UNPAD jurusan Psikologi, karena hanya UNPAD satu-satunya PTN yang menempatkan psikologi di bidang saintek. Mendekati SNMPTN aku masih mencari alternatif jurusan lain. Pra SNMPTN sekolah mengadakan simulasi SNMPTN menggunakan web milik sekolah. Di sana diperintahkan mengisi tiga pilihan, bebas jurusan apa saja dan PTN di mana saja. Strategi pun harus dipersiapkan.

Alhamdulillah, pada saat itu aku sudah mengenal sosok Ustad Yusuf Mansur dan sering mengikuti kelas-kelas kajian Beliau. Dari situ aku belajar tentang tauhid hingga ikhtiar langit. Di tengah kegalauan dan penantian hasil SNMPTN. Kugencarkan ikhtiar langit yang diajarkan Beliau. Aku mulai riyadhoh shalawat dan doa di waktu-waktu mustajab, seperti hari Jumat, waktu senja antara Ashar dan Maghrib, di kala hujan turun. Beliaupun mengajarkan sebelum memutuskan sesuatu alangkah baiknya kita menghadap ke Allah dulu, laporan ke Allah dulu, bilang ke Allah, bukan diperkara besar saja tapi juga diperkara kecil. Karena hakikatnya kita ini tidak mengetahui apa-apa, tidak bisa apa-apa, karena kita itu lemah. Selain doa, Beliau juga mengajarkan untuk sholat Istikharah, inilah bentuk ikhtiar minta petunjuk Allah.

Harapan SNMPTNku gugur sudah. Gagal, itulah cara Allah menguji keyakinanku tentang Dia, tentang Dia yang Maha Mengabulkan doa. Saat aku merasakan kekecewaan yang begitu dalam, orang tua menguatkanku dan membantuku untuk bangkit dari keterpurukan ini.

Persiapan SBMPTN, di tengah mempersiapkan tes SBMPTN Allah memberikan petunjuk-Nya melalui guru SMA ku. Ia menganjurkan aku untuk mengikuti seleksi SPAN-PTKIN. Lagi-lagi aku galau, bimbang. Ingin mengikuti seleksi ini atau tidak. Galauku bertambah karena seleksi ini khusus untuk PTN Islam. Aku tidak punya gambaran sama sekali. Aku tidak tahu PTN apa, jurusan apa, aku benar-benar buta dan tuli. Sampai-sampai hampir saja aku tidak ingin mengikuti seleksi ini. Selain itu, aku pun takut dikecewakan lagi. Namun, banyak orang-orang yang mendukungku dan mendorongku untuk tetap mencobanya, untuk hasilnya serahkan dan pasrahkan kepada Allah.

Di hari terakhir pendaftaran aku baru melakukan registrasi. Aku membuat daftar PTN yang sekiranya bisa ku jangkau dan jurusan yang aku minati. Terlihat IAIN Purwokerto. Purwokerto, aku jadi ingat pesan mbah yang mendoakan aku untuk bisa melanjutkan pendidikan di Jawa saja, lebih spesifiknya di Purwokerto, kuliah di UNSOED atau di UMP seperti sepupuku. Teringat itu maka aku pun melihat jurusan-jurusan yang ada di IAIN Purwokerto. Benar, semuanya agama tidak ada jurusan umumnya. Aku memilih menghadap ke Allah dulu sebelum melanjutkannya. Setelah selesai kulanjutkan kembali proses registrasi tersebut. Kulihat setiap prodi dengan teliti dan terperinci. Hingga aku menemukan Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir (IAT). Aku sangat tertarik dan antusias membacanya. Walaupun aku tidak mahir, namun aku minat mendalami ilmu Al-Qur'an. Aku pun menggali lebih dalam informasi tentang IAT, mempelajari apa saja dan ada di PTN mana saja. Karena aku ingin memiliki pengalaman baru, maka aku memilih PTN di luar Jakarta. Jadi, aku memilih IAIN Purwokerto dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Aku keterima di IAIN Purwokerto. Tidak terduga memang skenario Allah lah yang terbaik. Allah mengujiku dengan kegagalan, Allah menjatuhkan impianku, Allah membuatku merasakan keterpurukan, dan ketidakberdayaan. Kemudian Allah menumbuhkan rasa keyakinan yang baru. Dari sini aku belajar arti perjuangan dan pengorbanan dari sebuah kegagalan. Aku pun belajar pasrah, hanya bergantung kepada Allah dan sabar menantikan jawaban-Nya. Serta Allah juga menunjukkan kekuasaan-Nya dan cara-Nya yang tak terduga dalam mengabulkan doa. Bagiku skenario-Nya begitu indah.

Flashback ke hari-hari sebelumnya membuat aku merasakan kekuasaan Allah, karunia dan kasih sayang-Nya. Benar Allah itu tidak akan menyalahi janji-Nya, Allah itu mampu mengabulkan doa, permohonan hamba-Nya. Aku juga percaya bahwa segala sesuatu di dunia ini sudah diatur oleh Allah, semua terjadi atas kehendak-Nya. Bagaimana tidak? Aku merasakan kebesaran Allah dalam mengabulkan doaku. Allah mengabulkan keinginan ku untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri. Allah mengabulkan keinginan mbah untuk aku melanjutkan pendidikan di Jawa. Sebelum Allah memberi jawaban IAT, aku sempat memiliki banyak tujuan jurusan seperti psikolog, kesmas, kedokteran, bisnis, pertanian, peternakan. Mungkin karena rakusnya diriku ini, sehingga Allah menetapkan aku ada disini yaitu Al-Qur'an, sumber dari semua ilmu. Aku juga ingat sempat berdoa minta keterima di PTN melalui seleksi tanpa tes. Dan ini adalah jawaban terbaik-Nya.

Mengerikan, bukan hanya orang lain saja yang kagum, heran, takut ketika mendengar jurusan ini. Jujur aku pribadi merasa diseret langsung oleh Allah, aku dipaksa berada di jalan yang lurus. Aku tidak tahu seperti apa perkuliahan ku kelak. Aku meyakini jalan lurus itu tidak selalu mulus, penuh rintangan, tantangan serta cobaan. Itulah sebabnya surga itu banyak yang merindukan, tetapi tidak semuanya bisa meraih surga. Namun, aku juga percaya Innallaha ma'ana اِنَّا اللّٰهَ مَعَنَا Allah bersamaku, Allah bersama kita. Semua yang terjadi di dunia ini atas kehendak-Nya, semua sudah diatur oleh-Nya, semua sudah terangkai rapi dalam skenarionya yang telah tercatat di kitab Lauhul Mahfudz.

Percaya atau tidak inilah alasan dan penyebab ku ada di IAT, melalui istikharah dan doa panjang. Ketika aku takut, benar..  "Dengan mengingat Allah hati menjadi tenang." Aku hanya bisa memotivasi diriku sendiri dengan segala apa yang aku rasakan.

Lagi-lagi, aku harus banyak bersyukur. Allah sudah menetapkan berada di jalan lurus-Nya, mungkin susah untuk dilalui tapi aku percaya Allah bersamaku dan kelak semua akan berbuah manis. Lihatlah ke luar sana, masih banyak orang yang Allah biarkan tersesat dan terlena dengan segala kemudahan hidupnya di dunia ini. Seakan aku tidak punya alasan untuk mundur. Walau IAT bukanlah sungguh-sungguh doaku. Namun, IAT adalah jawaban Allah atas doaku.

Allah punya rencana yang tidak bisa ditebak oleh hamba-Nya, cara kerja-Nya yang misterius. Namun, semua berjalan secara harmonis. Teringat pesan Ayah "Manusia hanya bisa berencana, Allah yang menentukan.". Maka aku bertekad, aku akan menjalankan semua ketetapan yang telah Allah berikan kepadaku, mungkin akan sulit tapi aku percaya Allah Maha Mengetahui, Allah Maha Melihat dan Allah bersamaku. Sekaranh bukan profesi lagi yang aku cari, melainkan menggapai ridho-Nya yang ingin kuraih, karena dengan ridho-Nya semua akan menjadi indah.

Qurban Pertamaku 2023

Rangkaian cerita yang Allah susun semuanya sempurna, indah, tidak ada yang janggal, apalagi keliru. Skenario Allah tersusun begitu apik, har...